RAJA SAUL
BAB I
PENDAHULUAN
Latar
belakang
Didalam Alkitab kita mengenal
banyak Tokoh yang telah dipanggil oleh Allah yang mendapat kedudukan sebagai
Raja umat pilihan Allah yaitu salah satunya adalah Raja Saul yang dipilih oleh
Allah untuk memimpin bangsa Israel, ketika bangsa Israel ditindas oleh orang
Filistin yang tidak mengenal Allah, dalam makalah ini penulis akan menceritakan
tentang bagaimana Allah menyertai Saul sebagai pemimpin juga kegagalannya dalam
kepemimpinannya hingga ia tidak mendapat pemulihan dan pada akhirnya mengalami
kejatuhan, juga memaparkan kelebihan yang dimiliki oleh Raja Saul agar menjadi
pedoman bagi kita dalam menjadi seorang pemimpin yang menjadi alat untuk
menyatakan kebenaran dan kuasa Allah dalam diri kita, melalui kisah Raja saul
diharapkan sebagai wacana kehidupan yang mencerminkan kebaikan dan penyertaan
Allah, bukan hanya mengandalkan kekuatan dan keperkasaan dirisendiri karena
Allah adalah pusat keimanan kita.
BAB II
ISI
Kelebihan-kelebihan Saul
Saul
tidak langsung naik takhta, melainkan melalui beberapa tahap. Ia diurapi oleh
Samuel sesuai dengan perintah Allah ( I Samuel 9 : 16 ) setelah keduanya
bertemu, ketika Saul sedang mencari Keledai ayahnya yang hilang. Kelak di
Mizpah Saul menjadi raja dengan mengundi kaum keluarga Matri Dari suku benyamin
( I Sam 10 : 21)[1].
Ada manfaat politis bila orang dari suku bennyamin yang dipilih dan hal ini
sering diperhatikan pula. Seperti yang dikatakan Saul sendiri, peranan politis suku benyamin
yang relatif kecil (“ suku yang terkecil di Israel I Sam 9 :21) memperkecil
ancaman bagi suku-suku lain karena mereka harus memilih seorang raja dari salah
satu suku yang memerintah suku-suku lainnya. Kerendahan hati Saul juga terlihat
di Mizpa ketika ia bersembunyi di belakang barang-barang sementara Samuel
berusaha memperkenalkan dia ( I Sam 10 : 20-24). Sebagai seorang Tokoh yang
menonjol Saul memperoleh banyak dukungan, walaupun ada perlawanan dari beberapa
pengacau ( ay 25-27). Kerusuhan orang Amon menguji
kemampuan Saul untuk memimpin mereka berdasarkan Kharisma dari Allah ( I Sam 11-15).
Meskipun ia dinobatkan menjadi Raja secara pribadi dan dipuja-puja orang
banyak, ia masih tetap bertani di Gibea ketika Ia mengetahui serbuan orang Amon
di Yabesy-Gilead. Para suku segera di kerahkan dan tentara-tentara Amon di
porak-porandakan. Tampaknya Saul masih mengangap Samuel sebagai penguasa atau
rekan hakim. Keberhasilan Saul membuat lawanya tunduk kepada kepemimpinannya
dan sekali lagi Samuel mengukuhkan Saul sebagai raja di Gilgal. Cerita-cerita
tentang naiknya Saul ke tampuk pemerintahan tidak perlu dilihat sebagai
peristiwa-peristiwa tersendiri, melainkan sebagai tahap-tahap masa peralihan
dari pemerintahan para hakim menuju bentuk kerajaan. Sebelum Saul dapat diterima penuh oleh seluruh
suku-suku Israel, ia harus mendapat pengakuan rakyatnya beberapa kali dan harus
membuktikan kemampuannya.
Saul diperbaharui Hatinya dan
dipimpin oleh Roh Kudus. Ia juga dianugrahi sekawanan orang yang hatinya
digerakan oleh Allah ( I Samuel 10 : 26). Ia beroleh Samuel, Nabi yang diurapi
oleh Nabi Elia menjadi penasehat yang
dapat dipercaya, teristimewa lagi pada permulaan pemerintahannya. Inilah
harapan yang indah bagi Saul karena kaya dengan bakat pembawaan, serta
diperlengkapi dengan berkat Rohani, tentulah masadepannya sangat gemilang. Ia
dipanggil Raja dalam kerajaan teokrasi, dan Allah memperlengkapinya secara
ajaib untuk jabatan itu, suatu kesempatan kerjasama yang mulia dengan Allah,
suatu kesempatan untuk menjadi berkat bagi orang lain, penobatan sebagai raja
Israel benar-benar merupakan harapan besar dan masa depan yang gemilang.
Sayang
permulaan yang cerah itu segera berubah
menjadi gelap karena kegagalan. Pendurhakaan, kemunduran dan malapetaka, itulah
yang menyedihkan yang mulai merasuki kehidupan raja Saul, dan Akhirnya pahlawan
yang perkasa ini jatuh dalam berbagai kesalahan-kesalahan ;
Saul tidak taat
kepada Firman Tuhan (1Sam. 13: 1- 13)
Nabi Samuel
menyuruh Saul ke Gilgal untuk menunggu dia selama 7- hari disana. Setelah Saul
menunggu selama 7- hari, ternyata Samuel tidak kunjung tiba, maka rakyat mulai
gelisah dan kemudian meninggalkan Saul. Pada waktu itu pasukan Filistin sedang
mengepung bangsa Israel. Karena Samuel belum datang juga, maka Saul
memberanikan diri untuk mempersembahkan korban yang mana seharusnya adalah
bukan bagian dia untuk melakukannya.
Saul sombong (1
Sam. 15: 12)
Sebelum Saul
terpilih menjadi raja, Saul adalah orang yang minder. Hal ini terbukti, sewaktu
Saul ditemui oleh nabi Samuel untuk diurapi, maka Saul berkata, “Bukankah aku seorang suku Benyamin, suku
yang terkecil di Israel? Dan bukankah kaumku yang paling hina dari segala kaum
suku Benyamin?“(1 Sam. 9: 21). Dan ketika pada waktu diadakan suatu
undian, Saul terpilih sebagai orang yang ditunjuk oleh Tuhan, tetapi ia,
bersembunyi diantara barang- barang (1Sam. 10: 22). Ini sebagai bukti bahwa
Saul, sebelum ia menjadi raja, adalah seorang yang minder. Nah, setelah ia diurapi, diubah oleh Roh Allah dan diberi kuasa, ia
menjadi sombong. Hal ini terbuti dari: Saul membangun monument
untuk menghormati dirinya sendiri (1 Sam. 15: 12) Ketika Saul
ditegor oleh Samuel, ia memberikan alasan untuk perbuatannya yang salah serta
mencari kambing-hitam: rakyat yang menjadi kambing-hitam (1 Sam.13: 8- 12;
1Sam. 15: 14, 15, 21) Saul tidak pernah menerima tegoran dengan
rendah hati (1 Sam. 15: 30)
Saul serakah (1 Sam. 15: 17- 19)
Saul dikenal dengan
keserahannya: Seharusnya ia membunuh semua ternak- ternak orang- orang Amalek,
tetapi ia memilih ternak yang baik dan membawanya. Solah- olah semua ini ia
lakukan untuk Tuhan, yaitu mempersembahkan korban bakaran bagi Tuhan. Tetapi
sebenarnya motivasi Saul adalah serakah. Ingat! Allah tidak melihat tujuan kita dalam melakukan
sesuatu, melainkan motivasi
kita.
Saul takut kepada
orang banyak (1 Sam.15 : 24)
Ketika rakyat menuntut supaya jarahan orang-
orang Amalek tidak dibinasakan, melainkan dibawa pulang. Disini Saul takut
terhadap rakyat dan mengizinkan rakyat untuk melakukan hal itu,Saul melanggar
firman Tuhan karena rakyat. Saul tidak masuk dalam rencana Tuhan, disebabkan
karena takut kepada orang banyak atau takut dengan apa kata orang terhadap
dirinya
Mengapa Tuhan Akhirnya Menolak Saul
Saul
tidak memiliki kepatuhan dia lupa dengan pangilannya untuk memimpin bangsa
Israel, Pidato Samuel menyatakan sikapnya serta sikap Nabi-nabi pengantinya
terhadap jabatan Raja, “ dan baik kamu,
maupun raja yang akan memerintah kamu mengikuti Tuhan, Allahmu ! tetapi jika
kamu tidak mendengarkan Firman Tuhan dan kamu menentang titah Tuhan, maka
tangan Tuhan akan melawan kamu dan melawan rajamu ( I Samuel 12 :14-15) dengan
Jelas Samuel sebagai utusan Tuhan untuk menyampaikan Firman kepada Raja Saul
dan yang telah mengurapi Saul sebagai Raja bangsa Israel, tetapi Saul telah
melanggar dan lupa dengan penyertaan Tuhan terhadap Dirinya dan bangsa Israel
ketika melawan Orang Filistin yang terus-menerus menghanjurkan bangsa Israel, ketika
itulah Samuel menjadi sedih akan keputusan yang telah diambil.Saul
tahu dia dipilih oleh Tuhan. Tuhan punya rencana dalam hidupnya, tetapi Saul
tidak mempunyai iman dan karakter untuk mencapai itu. 1Samuel 16: 4,
dikatakan
”Roh Tuhan telah undur dari Saul dan
dia diganggu oleh roh jahat daripada Tuhan.” Apabila roh jahat itu
menyerang Saul, maka Saul menjadi gelisah, frustasi, depressi dan tidak merasa
ada damai sejahtera dalam hidupnya,
Tuhan tidak memulihkan Hubungan dengan Saul
Saul
sebagai Raja yang telah diurapi dan menjadi pilihan Allah untuk memimpin bangsa
Israel, tetapi pelanggaran yang tidak berkenan dihadapan Allah dengan tidak mau
mengakui kesalahan dan bertobat maka ia tidak dipulihkan, Sebagai ganti Saul yang
telah di tolak Allah, Seorang raja yang baru harus dicari. Meskipun Saul
mengalami kegagalan, tidak pernah ada maksud untuk kembali pada bentuk persekutuan
dua belas suku Israel seperti sebelumnya. Faktor-faktor yang menyebabkan
berdirinya kerajaan itu masih tetap ada. Yang dibutuhkan bukanlah perubahan
bentuk pemerintahan melainkan seorang Raja yang baru. Atas perintah Allah,
Samuel pergi ke Betlehem untuk menemui Raja yang baru itu.
Penobatan
Daud diikuti dengan lunturnya kekuasaan Saul yang diberikan oleh Allah, “ ia
pandai main kecapi, Ia pahlawan yang gagah perkasa, seorang prajurit, yang
pandai berbicara, elok perawakannya ; Dan Tuhan menyertai dia ( I Samuel 16 :
18).
Daud juga melakukan perbuatan Dosa besar
dihadapan Allah, Daud telah menuruti hawa nafsunya dengan mengambil banyak
istri ( II Samuel 5 : 13), suatu hal yang nyata terlarang bagi Raja-raja Israel,
dosa yang dilakukan Daud menjerumuskan dia kepada dosa yang lebih jahat lagi, Daud telah
berbuat dosa yang jauh lebih besar daripada Saul. Tetapi yang membuat Daud
selalu diterima dan bahkan menjadi orang yang berkenan di hati Allah adalah
kerendahan hati Daud: Ketika itu ia berbuat dosa (berzinah dan
melakukan pembunuhan yang berencana), nabi Natan datang kepada Daud dengan
suatu tegoran. Lalu Daud menerima tegoran itu dan merendahkan hatinya di
hadapan Tuhan.
Setelah
melihat kedudukan kejahatan Saul keangkukahan dan ketidak taatan kepada Allah,
kemauan menuruti kehendak sendiri dan tidak suka berserah kepada Allah, Ia
memaksakan kehendaknya sendiri, ia mementingkan diri sendiri dan membinasakan
diri sendiri dan tidak mau di berikan arahan oleh Samuel.
Saul
masih berbicara, sesudah Ia Mati (Ibrani 11 :4)[2]Dengan
nada sedih dan menyayat hati Saul masih berkata-kata sebab itu haruslah kita
dengar-dengaran, pertama Ia memberitakan bahwa yang menjadi syarat utama bagi
pelaksanaan hidup sejati ialah kesetiaan akan kehendak Tuhan.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Dengan
mempelajari Seorang Raja Saul yang telah diurapi oleh Tuhan dan memimpin bangsa
Israel, Saya selaku penulis mendapatkan berkat dengan mempelajari tokoh Raja
Saul, tetapi Saul tidak terlepas dari pelanggaran ketidak taatan dengan
mengandalkan kekuatan sendiri dan menjauh diri dari Tuhan, Saul dalam
kehidupannya mengajarkan kepada kita, jika kita hanya membiarkan kehendak dan
kekuatan Kita dan tidak mau mendengar nasehat Tuhan melalui hambanya, hal itu
terjadi ketika ia tidak mau dinasehati oleh Nabi Samuel, maka kita akan mendapatkan kekalahan dan
kegagalan, sama ketika Saul dikalahkan oleh Serangan Bangsa Filistin, Saul
tidak ingin mendapatkan bimbingan dari Allah, dengan kepanikan Raja Saul dalam
menghadapi Bangsa Fiistin, Ia pergi ke seorang dukun, Karena ketidak taatannya,
Saul kehilangan mahkotanya, sebuah awal yang baik jika tidak dipertahkan dengan
baik dan ketaatan yang sungguh-sungguh maka akan menghasilkan kematian, hal itu
yang menjadi pedoman ketika kita belajar tentang Raja Saul, terima kasih Tuhan
Yesus Memberkati.
DAFTAR PUSTAKA
1. W.S.
Lasor, Pengantar PL, BPK Gn. Mulia
Tidak ada komentar:
Posting Komentar